About

Jumat, 16 Agustus 2013

ABUSYIK, MEREKA BUKAN ANAKKU! (Catatan Idul Fitri)

Allaahu akbar.. Allaahamuakbar.. Allaahu akbar...
Laailaaha illallah.. Allaahu akbar...
Allaahu akbar walillaahilhamd.

Idul Fitri nan syahdu tiba sudah.Takbir membahana di mesjid-mesjid seantero tanah kelahiranku.Suasana jalan raya yang semula sepi berubah ramai dan sesak begitu shalat 'Ied usai. Hampir semua orang sibuk bersilaturrahmi kesana kemari mengunjungi handau taulan dan famili. Tak terkecuali keluargaku yang hampir semuanya bermukim di wilayah Pidie. Alhasil, keluarga yang harus dikunjungi lumayan banyak, mulai dari keluarga guru mengaji, rumah paman, bibi, sampai rumah adik nenek dan adik kakek yang jumlahnya sekian orang. Aneka makanan dan minuman pun tak sungkan-sungkan menjadi santapan hari yang fitri ini, mulai  dari lontong sampai kue-kue kering yang jarang ditemukan pada hari-hari biasa. 

Semua keluarga yang kami kunjungi menyambut kami dengan gembira. Rata-rata semuanya tanya tentang kabar, sudah semester berapa dan apa kegiatanku sekarang. Semuanya penuh tawa dan canda dan kami pulang ke rumah jam telah menunjukkan angka lima. Namun, Ummiku tiba-tiba bersuara.

"Bentar lagi jangan lupa ke rumah Abusyik Cek Nur ya?" 
"Abusyik mana?"
"Abusyik kampong Jeumpa, adiknya Abusyik."
"Saya nggak berani ummi. Takut nggak dikenal nanti." Jujur, aku tidak pernah akrab dengan Abusyik yang satu ini, mungkin karena beliau dulunya tinggal di Medan dan jarang berkunjung ke tempat kami. Biasanya ummi dan abu (ayahku) yang mengunjungi beliau. Aku jarang diajak kesana.
"Tidak apa-apa. Nanti bilang saja kamu anak siapa. Pasti beliau kenal." Ummiku mendesak.

Akhirnya aku pergi ke rumah yang dimaksud ketika jam 6 lewat. Kuajak adik-adikku dengan harapan salah satu dari mereka beliau kenali jika beliau tidak mengenalku nanti. Dengan mengendarai motor, kami telah sampai di halaman rumah beliau dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Kulihat beliau sedang duduk di teras dengan sepotong tongkat. Dengan ragu aku naik ke teras sambil menuntun adikku yang masih kelas dua es-de. Sedangkan dua adikku naik yang lain mengikuti di belakang. niat hati ingin menyapa beliau, namun...

"Piyoh... Ka rayeuk aneuk miet nyeh? (Silahkan masuk... Wah, anak-anaknya sudah besar ya?)"
"Hah?!"Aku terkejut.
"Nyoe ken aneuk lon Abusyik, Nyoe Adek."
"Ooh? Lon kira sinyak satnyoe."

Aku kehabisan kata-kata. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal, tidak tahu cara menjelaskannya. Sedangkan dua adikku tertawa terpingkal-pingkal. Aku manyun, kucubit mereka.

"Ini bukan anak saya abusyik, ini semuanya adik saya." Kusebut nama ummi dan abu juga kampung tempat kami tinggal. Beliau baru mengerti dan tertawa terbahak-bahak. Semua orang menertawaiku.

"Makanya lain kali sering-seringlah berkunjung kemari, biar Abusyik ingat nama kalian," pesannya saat kami pamit pulang. Dalam hati aku membenarkan.
 


 


CERITAKU PADA BUNGA

Kau tahu Bunga,
Bintang yang gemerlap disana sebenarnya hanya barang angkasa yang meminjam cahaya,
Ia meminjam cahaya matahari untuk silaukan mata kita,
Tanpa cahaya itu, ia bukan bintang namanya.. 

Kau tahu Bunga,
Saat aku melihat wajah-wajah merona  disana,
aku iri,
tapi sumpah, aku tidak mendengki...

Aku ingin seperti mereka,
tapi Bunga,
Aku bukan siapa-siapa..



Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Junaidah Munawarah alumnus IAIN Ar-Raniry Aceh, Anggota Forum Lingkar Pena (FLP)Aceh dan penikmat tulisan apa saja.

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Blogger FLP

BTemplates.com

Blogroll