About

Rabu, 26 Februari 2014

SEBUAH REFLEKSI CINTA ANGKA 23



          
            “Happy birthday ya!” tiba dua kepala menyembul dari balik pintu. Mereka Desi dan Novi, kakak beradik yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri di kontrakan kami. Meski dengan mata agak merem karena baru saja tidur aku tertawa sambil mengucapkan terimakasih. Saat mereka menutup pintu, kubuka jam di hp; 12.05. Akhirnya Aku sudah dua puluh tiga tahun, hatiku berkata datar. Lalu kembali menenggelamkan diri di balik selimut. Bukan karena aku tidak peduli, tapi karena aku ingin berfantasi dengan kenangan demi kenangan selama setahun.
            Aku memulai angka 22 kemarin di rumah sakit Fakinah. Bukan aku yang sakit, tapi ummi. Jam 00.00 aku masuk rumah sakit dengan sesak di dada yang kutahan. Diam, itulah satu-satunya caraku agar tangisku tidak membuncah. Berkali-kali kubisikkan dalam hatiku, “Ini ujian! Allah sedang menggugurkan dosa kami dengan ujian ini,” itu bisikku pada diriku sendiri. Saat itu aku sendiri. Semua keluargaku yang lain memang sedang tidak bersamaku saat itu. Aku dan ummi sudah beberapa hari di rumah sepupuku untuk memudahkan ummi mengontrol ke dokter spesialis. Aku hanya dengan ummi, berdua saja. Singkat kata, aku duduk di kursi memegang tangan ummi yang terpasang jarum infus dengan tatapan nanar. Ummi diam, beliau lemah dan mata beliau terpejam. Aku tahu betul ummi saat itu sedang menahan pening karena dunia di sekitarnya seolah berputar, sesuatu yang sangat ditakuti oleh pengidap vertigo.
Saat itu, hanya aku yang bicara. Bicara dengan pikiranku sendiri. Mengucapkan sepatah kata ulang tahun untuk kurayakan sendiri. Dalam diam yang kupaksakan. Karena tenggorokanku tercekat oleh amukan. Sebuah sms mengejutkanku. Ucapan ulang tahun dari seorang kawan dekatku. Ces! Satu titik bening itu jatuh. Tidak ada suara. Tetap dalam diam. Hanya tanganku yang semakin erat memegang tangan ummi, mencari sedikit kekuatan. Dalam ruang sempit itu, hanya kami saja, aku dan ummi. Saat itu, aku tidak menginginkan sebongkah kue tar yang dihisi lilin. Tidak! Aku hanya ingin segera keluar dari ruang sepi itu bersama kesembuhan ummi. Itu saja!
Subuhnya abu sampai dari Sigli, diikuti oleh saudara dan family yang datang silih berganti. Kedatangan mereka cukup untuk menbungkam sunyi dan takut yang mendekapku semalam. Amukan semalam tidak pernah buncah. Ia perpendam sudah. Ia berganti dengan segenap haru saat berkumpul dengan saudara. Membuatku mengenal arti syukur karena ternyata di dunia aku tidak sendiri.
            Namun, musibah tidak membuatku selamanya terpuruk. Ada berbagai hal yang mulai kucoba tata sendiri. Aku mulai mencoba menyelesaikan semua permasalahanku sendiri. Jika dulu aku sering mengadu dan merengek kepada orang tuaku saat punya masalah, kini aku lebih memilih mencari solusinya dengan usahaku sendiri. Sering aku menelpon untuk mengabarkan berita bahagia seperti sripsiku yang hamper usai, KPM yang lancar dan kegiatan-kegiatan yang kulakukan bersama kawan-kawan, sidang skripsi dan yudisium. Berkali-kali aku meminta doa ketika aku merasakan ketakutan dan keraguan. Apalagi ketika menjelang sidang, berkali-kali aku menelpon meminta doa dari ummi dan abu. Biasanya, aku sedikit tenang setelah itu.
            Setengah bebanku terasa lepas saat aku yudisium. Dalam audit, berkali-kali air mataku jatuh. Wajah-wajah orang yang selalu mendukungku muncul satu persatu. Ummi, Abu, kak Meza, Abangku (Safrizal), Dek Fina, Dek Sulaiha dan Jamara (adikku), orang yang terdekat denganku dan  sahabat-sahabatku yang tidak bisa kusebut satu persatu. Kusms abu dan ummi, kubilang bahwa aku teringat mereka dan terimakasih pada mereka. Tanpa doa mereka mungkin aku bukan siapa-siapa. Ummiku menelpon dan kami berbicara beberapa saat untuk melepas rindu.
            Bulan-bulan selanjutnya aku lalui dengan jalan-jalan ke Bali, mengenal orang-orang hebat di FLP, dan Wisuda. Yang paling berkesan itu saat wisuda. Hari sebelum itu aku sering menetes membayangkan aku tidak akan bisa merayakan wisudaku dengan ummi. Ya, ummiku saat itu belum betul-betul sembuh. Terakhir ummi bilang “bek weuh hate” mungkin ummi tidak bisa datang nanti. Aku jawab “get”meski hatiku mengatakan “Aku ingin ummi datang.” Kukuatkan hatiku mempersiapkan hari wisudaku sendiri. Kucoba tegarkan jiwaku saat kudengar sahabat dan kawan-kawanku akan merayakan wisuda mereka dengan keluarga terdekat. Aku menanggapi semuanya dengan tersenyum dan diam.
            Pagi wisuda, aku berangkat dari rumah kak Meza di Darussalam. Diantar adikku, aku berkumpul dengan kawan-kawan di lapangan Tugu. Aneka warna kebaya dan gaun berpadu padan disana. Yang laki-laki berjas rapi, yang perempuan bergaun dan ber-make up cantik. Kuhibur diri dengan foto-foto dan bercanda. Sampai akhirnya aku ikut pawai arak-arakan  berjalan kaki kearah kampus bersama yang lain. Di tengah jalan tiba-tiba handphoneku bergetar, ummi menelponku.
            “Tolong lihat sebelah kanan, ummi disini. Sekarang cepat ambil cincin sama Dek Fina ya!” kata ummi di seberang. Aku mengalihkan pandanganku ke sebelah kanan. Kulihat ummi sedang melambaikan tangan. Sedangkan Dek Fina berlari ke arahku memberikan cincin padaku. Aku tersenyum dan trenyuh. Ah ummiku… bagaimana aku akan ingat soal cincin dan lain-lain jika Ummi dan Abu tidak hadir? Alhamdulillah, acara wisudaku berjalan mulus. Begitu siap, aku langsung keluar mancari ummi di antara lautan manusia. Kutelpon ummi. Kata ummi, beliau di tenda sebelah kiri. Aku langsung berlari ke sana. Kusalam dan kupeluk ummi dan adik-adikku dengan tangis. Tidak kuhiraukan make-upku yang bisa saja luntur. Disana kami hanya berpelukan dala tangis. Bahagiaku tidak bisa kuutarakan. Biarpun setelah itu kami hanya berfoto-foto ria di bawah pohon tanpa ke studio seperti yang lain, aku bahagia sekali. Semua terasa lengkap dengan kehadiran ummi dan abu, biarpun Sulaiha adikku dan Abangku Safrizal tidak bisa datang karena harus jaga rumah sekolah di Sigli.  Ya, biarpun kami hanya makan-makan di rumah kak Meza dan setelah dhuhur Ummi dan Abu plus adik kecilku Jamara harus pulang kembali ke Sigli.
            Setelah wisuda, kegiatanku bukan semakin berkurang. Malah semakin bertambah. Mengajar di beberapa tempat, posisi sebagai sekretaris FLP Wilayah Aceh membuatku belajar banyak hal. Ditambah lagi, aku menyempatkan diri untuk bersahabat dengan salah seorang kawan di luar negeri via skype dan semakin tahu bagaimana kehidupan orang-orang di luar negeriku. Aku harus banyak bersabar di lingkungan baru, dimana tidak semua orang bisa memahamiku seperti keluargaku memahamiku. Aku juga harus belajar kebijaksanaan dari orang-orang yang selalu menginspirasiku. Aku tidak selamanya benar dan kuat. Tidak. Aku pernah terbawa emosi sampai salah bicara dan menyakiti banyak orang. Aku juga sering terjatuh dan berusaha unutk bangkit berkali-kali. Yah, ini namanya hidup kan? Tugasku, adalah memperbaiki diri.
            Mengenai target, terlalu banyak yang  baik yang ingin kulakukan ke depan. Sebuah cita-cita besar untuk membahagiakan orang tua dan keluargaku, sebuah doa yang tidak putus untuk kesembuhan ummiku, serta ratusan target harian yang ingin kulakukan dengan baik. Aku ingin membenahi diri menjadi jiwa yang lebih baik. Mudah-mudahan. Amin.
Bertambah usia, berarti berkurang sisa umur dan berkurang kesempatan. Namun, bukan berarti aku harus menyerah bukan? Ada begitu banyak cinta di sekitarku yang ingin kugapai. Ada begitu banyak pula cinta yang masih ingin kutaburkan. Terimakasih untuk ummi dan abu, keluarga, sahabat, dan kawan-kawan semuanya untuk cinta dan doa kalian selama ini. Always love me as I wanna love you forever… :)

Kita tidak perlu kue tar atau pun lilin itu, sayang...
Kita hanya perlu segenggam semangat yang tidak pernah redup.
Bukan nyanyian ultah itu yang kita lantunkan,
namun, lantunan doa agar kita tetap berada dalam ridha dan lindunganNya...
Agar tangan kita tetap berangkulan, dan saling mengusap air mata saat kita tertatih...
Hanya itu saja.
 
 *special thanks  untuk isni wardaton atas catatan cintanya untukku pagi ini.





 
           


           

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Junaidah Munawarah alumnus IAIN Ar-Raniry Aceh, Anggota Forum Lingkar Pena (FLP)Aceh dan penikmat tulisan apa saja.

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Blogger FLP

BTemplates.com

Blogroll