About

Selasa, 10 Oktober 2017

ASUS VivoBook S510, Laptop Kece Ngga Bikin Kere

Siapa yang tidak pernah tahu nama ASUS? Ya, ASUS adalah nama produsen laptop, notebook, tablet, maupun dekstop PC, yang produknya sudah dipakai oleh manusia di berbagai belahan dunia. Tentu saja, ASUS dipakai, kali bukan hanya karena harganya yang murah, tapi juga karena kualitas dan kehandalannya yang dikenal handal. 

Nah, perlu sobat ketahui bahwa ASUS baru saja merilis produk baru yang baru yang harganya lebih murah dibanding dengan harga produk sejenis kompetitor, namun kualitasnya layak diancungi jempol. Desain laptob ini menarik karena sangat tipis dan ringan. Selain itu, kinerja laptob ini pun tidak kalah keren karena sudah memuat fitur-fitur yang canggih.


Dari segi ukuran layar, panjang layar laptop VivoBook S ini mencapai 15,5 inci dan lebarnya 14,2 inci. Namun, ketebalan laptop ini hanya 0,7 inci dan beratnya hanya 1,5 kilogram. Tentu saja hal ini membuat  laptop ini mudah dibawa kemana saja baik oleh mahasiswa ataupun pekerja karena tidak membuat bahu sakit disebabkan menjinjing laptop yang berat.


Laptop Asus VivoBook S510 sangat tipis (0,7 inci) dan ringan (1,5 kg) (Sumber gambar: Google)


Laptop ini dilengkapi dengan host port yang bisa memuat USB Card Reader SDXC, USB Type-C, USB Type-A, USB 2.0, dan port HDMI. Selain itu, layarnya juga sudah full HD dengan resolusi 1920x1080 piksel dengan sudut pandang mencapai178°. Layar seperti ini tentu saja cocok bagi pengguna laptop yang suka membaca, menonton, main game ataupun bekerja seharian penuh dengan laptop.
sudut pandang VivoBook S 510 mencapai 178 derajat (Sumber gambar: Google)

Untuk processornya, ASUS VivoBook S ini sudah dilengkapi dengan intel core i5 7200-U generasi ke-tujuh yang kecepatannya mencapai 2,5GHz dan pada mode Turbo bisa mencapai 3,1 GHz. Laptob ini dilengkapi dengan RAM yang mencapai16DR DDR4 2133MHz dan batas penyimpanan mencapai 1 TB HDD. 

Laptop ini juga sudah didukung oleh grafis NVIDIA Geforce sehingga menghasilkan visual yang tidak perlu diragukan lagi kehalusannya. Fitur ini sangat membantu para pecinta design grafis dan pembuat animasi untuk menghasilkan karya-karya yang terbaik.

Keyboard Asus VivoBook s 510 sudah dilengkapi dengan sensor fingerprint pada trackpadnya. Sensor sidik jari ini mampu mendeteksi sidik jari pengguna laptop dengan super akurat sehingga bisa login hanya dengan sekali sentuhan. Selain itu, fitur backlighting pada keyboardnya memudahkan untuk bisa tetap mengetik meski dalam kondisi gelap.
finger print pada trackpad Laptop VivoBook S510 (sumber gambar: Google)



Asus VivoBook ini juga sudah menggunakan jenis baterai polimer Li-Ion yang mampu menyimpan daya hingga 60 persen dalam waktu kurang dari 50 menit. Selain itu, baterai jenis ini juga bisa bertahan sampai 8 jam. Nah, tentu saja laptop ini bisa menjadi pilihan terbaik bagi para pekerja melakukan perjalanan kerja sampai berjam-jam di luar ruangan.
Yang lebih menarik lagi, laptop ini juga dilengkapi dengan ultra-fast dual band 802.11ac Wi-Fi. Dengan demikian, penggunanya bisa menikmati kecepatan internet hingga 867Mbps. Bahkan, pengguna bisa tetap terhubung ke internet meski dalam keadaan cuaca buruk. 
Untuk kemampuan audionya, VivoBook ini sudah sangat canggih karena sudah menggunakan jenis Audio-Sonic master yang dijamin sangat halus ketika didengarkan.

Untuk harganya, VivoBook termasuk tergolong murah untuk laptop sekelasnya. Di Indonesia ViviBook S 510 ini bisa dibawa pulang dengan harga Rp. 9.799.000. Sedangkan di AS, laptop ini baru bisa dibeli dengan merogoh gocek seharga $ 699.

Senin, 09 Oktober 2017

Model Pembelajaran Attention, Relevance, Confidence and Satisfaction (ARCS) untuk Sistem Belajar yang Menyenangkan

Pendidikan tingkat sekolah dasar bukanlah tingkat pendidikan yang patut dianggap sepele. Hal ini karena pada tingkat sekolah dasar anak-anak baru saja melewati masa golden age dimana fungsi otak anak-anak sedang bekerja secara maksimal untuk menyerap dan merekam segala sesuatu di lingkungannya. Untuk itu, di masa ini anak harus dididik sebaik-baiknya agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan, berilmu, mandiri, peka terhadap sosial dan juga bertanggung jawab seperti yang tertuang dalam peraturan pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Berbagai upaya pun dilakukan pemerintah untuk mewujudkan cita-cita mulia ini, salah satunya adalah dengan mewajibkan kurikulum 2013 sebagai acuan dalam pendidikan dengan tujuan agar pendidikan tingkat sekolah dasar disesuaikan dengan minat siswa dan jauh dari unsur pemaksaan.
Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak masalah-masalah yang muncul dalam pendidikan sekolah dasar. Salah satunya adalah masih adanya budaya tidak naik kelas bagi siswa kelas 1 sampai kelas 3 di beberapa sekolah di Indonesia pada musim naik kelas tahun lalu (Beritasatu.com,11 Oktober 2016). Fatalnya, data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan bahwa 422.082 siswa SD dinyatakan tidak naik kelas. Hal ini sungguh sangat disayangkan mengingat pendidikan sekolah dasar adalah masa awal pembangunan perspektif siswa tentang sekolah. Dalam artian, masa ini adalah masa dimana siswa diperkenalkan dengan dunia sekolah untuk pertama kalinya. Untuk itu, kesan yang ditimbulkan haruslah membawa dampak yang baik bagi siswa ke depannya agar mereka merasa bersemangat untuk terus melanjutkan sekolah karena kecintaan mereka akan dunia pendidikan. Peristiwa tinggal kelas akan meninggalkan kesan yang buruk bagi siswa, dimana siswa akan berfikir bahwa sekolah merupakan sebuah pemaksaan kehendak belajar dan sama sekali tidak menyenangkan. Tentu saja, hal ini akan membuat siswa kehilangan motivasi untuk sekolah. Untuk itu, para pendidik harus mampu menghindari hal buruk tersebut dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai untuk dunia anak-anak sekolah dasar.
Salah satu model pembelajaran yang mengedepankan peningkatan motivasi siswa adalah pembelajaran dengan model ARCS (singkatan dari Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction) yang dipopulerkan oleh John Keller tahun 1987. Model pembelajaran ini dinilai cukup ampuh karena memuat pendekatan psikologis yang bertujuan meningkat motivasi. Model ini juga selaras dengan kurilkulum 2013 yang mengutamakan keaktifan siswa dalam belajar. Dalam model pembelajaran ini, perhatian siswa ditarik dengan hal-hal yang disukainya (attention), pelajaran dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan langsung dengan kehidupan siswa (relevance), rasa percaya diri siswa ditingkatkan dengan cara yang menyenangkan (confidence), dan kepuasan siswa terhadap hasil belajar mereka sendiri dimunculkan dengan memberikan feedback yang membangun (satisfaction). Tentu saja, “konsep lama” dimana yang tidak mencapai nilai tertentu akan tinggal kelas tidak boleh diberlakukan dalam model pembelajaran ini. Apalagi konsep “3D (Duduk, Diam, dan Dengar)” yang membuat membuat anak-anak seperti robot, tentu harus dibuang jauh-jauh. Sebaliknya, dalam model pembelajaran ARCS guru dan siswa sama-sama bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan dan memotivasi siswa yang kurang percaya diri sehingga siswa tersebut betul-betul mampu dan merasa tidak ditinggalkan oleh kawan-kawannya.
Di dalam kurikulum 2013, jumlah Kompetensi Dasar untuk anak sekolah dasar dikurangi dan jam belajar di tambah. Perlu diketahui bahwa penambahan jam belajar disini bukanlah untuk menambah beban siswa dengan tugas, mendengarkan ceramah guru, dan mengisi lembar LKS. Tetapi tujuannya adalah untuk memberikan guru dan siswa keluasan waktu agar siswa bisa mengembangkan diri dengan cara bersosialisasi, mengamati, dan bekerjasama dengan kawan-kawannya. Tentunya konsep ARCS model bisa diterapkan dalam kurikulum ini agar pendidikan tidak terkesan kaku. Agar siswa tidak bosan, tariklah perhatian siswa dengan hal-hal yang sesuai dengan dunia mereka (attention). Misalnya, untuk belajar tentang berhitung, guru bisa memutarkan lagu tentang berhitung atau video animasi tentang menghitung jeruk di atas pohon atau menghitung jumlah ulat pemakan daun. Tentu saja anak-anak akan menyukai ini. Jangan pernah memaksa anak-anak untuk  berdiri di depan kelas kemudian menghafal perkalian atau pembagian, karena mereka tidak akan mengetahui manfaat dan tujuan pembelajaran itu secara langsung. Lebih parahnya, anak-anak akan terasa bosan karena harus terus menerus mendengarkan kawannya menghafal di depan kelas sambil menunggu giliran dirinya dipanggil untuk menghafal di depan kelas.
Pendidikan dengan model ARCS juga menyarankan agar pembelajaran menyuguhkan tujuan pembelajaran pada anak-anak secara langsung. Bukan dengan mendikte lalu menulis tujuan pembelajaran. Tetapi diharapkan agar siswa bisa merasakan atau menyentuh langsung hasil pembelajaran mereka (relevance). Tentunya, dalam hal ini guru harus mampu membuang jauh-jauh sifat diktator di kelas dan beralih menjadi teman bermain untuk anak-anak di kelas. Sebaliknya, guru mengajak anak-anak untuk merasakan secara langsung ilmu yang diperolehnya agar ia merasa bahwa belajar itu kebutuhan dan sesuatu yang menyenangkan! Sebagai contoh, guru mengajak anak-anak bermain tebak-tebakan tentang hewan, belajar menghitung dengan menghitung kelereng yang tumpah, belajar hukum Archimedes dengan cara menuangkan air ke dalam pipa-pipa kecil, mengenal nama hewan dengan cara mewarnai gambar-gambar hewan yang ada dan lain-lain. Bahkan, untuk pelajaran ilmu sosial anak-anak akan lebih suka diajak untuk study-tour langsung ke satuan polisi lalu lintas untuk belajar tentang rambu-rambu dari pada disuruh menghafal rambu-rambu yang ada di buku cetak. Dengan demikian, anak-anak merasa bahwa mereka “butuh” belajar di sekolah karena disana mereka bisa menemukan hal-hal baru yang mereka butuhkan untuk kehidupan mereka.
Selanjutnya, kepercayaan diri (confidence) siswa ditingkatkan dengan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menjadi yang terbaik. Ajak anak-anak yang nilainya di bawah rata-rata untuk berdiskusi dalam kelompok. Buat ia merasa bisa melakukan apa yang dilakukan oleh kawan-kawannya yang lain. Beri anak tersebut kesempatan untuk memperbaiki nilai-nilai yang kurang. Bahkan, jika perlu anak tersebut diberikan kesempatan untuk menjadi ketua kelompok dalam suatu kegiatan, sehingga ia akan merasa dipercayai.
Sebaliknya, memberikan hukuman kepada anak-anak yang kurang mampu dalam menerima pelajaran dan memperoleh nilai yang rendah merupakan hal yang paling fatal. Anak-anak merasa akan terpojok dan tertekan ketika ia dihukum karena kekurangannya. Guru yang baik semestinya mencari solusi bagi anak didiknya yang mempunyai masalah. Pendidik yang baik akan berusaha meningkatkan rasa percaya diri anak tersebut dengan pendekatan-pendekatan tertentu. Jangan pernah mengatakan kata-kata yang kurang menyenangkan seperti,”nilai kamu sangat jelek”, “kamu sangat bodoh”, dan lain-lain yang membuat anak merasa malu. Sebaliknya, guru harus memotivasi si anak dengan kata-kata penyemangat seperti,”kamu pasti bisa lebih baik dari ini, ayo semangat!”
Selnajutnya, aspek kepuasan dalam belajar (satisfaction) dalam diri siswa dimunculkan dengan memberikan hadiah, pujian, ataupun kejutan-kejutan yang membuat siswa bangga terhadap hasil belajar mereka. Sesekali, siapkan sertifikat untuk anak-anak yang berhasil mencapai peringkat tertentu untuk membuat anak-anak lain tertarik. Selain itu, biasakan untuk mengucapkan kata-kata yang menyenangkan seperti “Bagus sekali Rudi!”atau “Kerja bagus, Randa,” dan kata-kata lainnya. Namun, untuk anak-anak yang masih kurang pencapaiannya berikan pujian sekaligus umpan balik yang membangun seperti “Bagus Dini! Bacaannya sudah bagus, hanya perlu latihan sedikit agar lebih lancar.” Dengan demikian, anak-anak bisa merasakan bahwa usaha mereka dalam belajar dihargai dan memunculkan rasa puas siswa dengan pencapaian mereka.
Model pendidikan yang senada juga diterapkan di Negara Finlandia yang sekarang terkenal sebagai  Negara yang memilki sistem pendidikan terbaik di dunia. Negara yang dulu pernah menjadi salah satu negara termiskin di dunia ini, berhasil mengembangkan pola pendidikan yang menyenangkan untuk sekolah dasar dimana anak hanya belajar tiga sampai empat sehari dan sama sekali tidak boleh dibebankan dengan pekerjaan rumah. Selebihnya, anak dibebaskan bermain agar mampu bersosialisasi dengan orang lain dan mengetahui dunia lebih luas. Anak-anak yang kurang mampu akan dimotivasi dan diberi kesempatan untuk belajar dengan kawan-kawannya yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi sehingga ia akan terpacu untuk mengikuti kawan-kawannya dalam belajar. Guru juga tidak henti-hentinya mendampingi dan memberikan semangat agar siswa tersebut mampu sebagaimana teman-temannya yang lain. Dengan demikian, anak-anak akan merasa puas terhadap hasil belajar mereka karena mereka merasa diperlakukan secara adil dan tidak merasa terasing dari kawan-kawan mereka yang lain.
Perlu diingat bahwa pendidikan itu bukan semata-mata proses transfer ilmu, tapi sesuatu yang melibatkan cita dan rasa. Pendidikan sekolah dasar seyogyanya mencerminkan dunia anak-anak yang semestinya. Dalam artian, pembelajaran tingkat sekolah dasar harus dilakukan dengan pendekatan-pendekatan yang menyenangkan. Hal ini karena fitrah anak-anak adalah ingin bermain dan mencoba hal-hal baru. Buang jauh-jauh budaya “3D (Duduk, Diam, dan Dengar)” yang membuat anak-anak bersifat kaku seperti robot. Sebaliknya, ajak mereka bermain sambil belajar agar mereka bisa menikmati dunia mereka sebagai anak-anak. Inilah yang menjadi tugas pendidik yang sebenarnya. Tugas yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang mempunyai cita dan rasa. Sebaliknya, jika belajar hanya diartikan secara sempit sebagai proses transfer ilmu saja, maka computer yang punya koneksi internet “lebih banyak” dan “lebih lengkap” ilmunya  dari guru-guru yang ada di sekolah dasar. Hal ini diharapkan bisa menjadi suatu ilham mengapa anak-anak tetap membutuhkan manusia sebagai guru yang sesungguhnya.

Referensi:
-          Francom, G., & Reeves, C.T (2010). John M. Keller: A Significant Contributor to the Field of Educational Technology. Journal of Educational Technology May-June 2010.

-          John, M. Keller (1987). Development and the Use of The ARCS Model of Motivational Design. Journal of Instructional Development, Vol 10. No.3

-          Beritasatu.com. Ratusan Siswa Tidak Naik Kelas, Sistem Pendidikan Indonesia Tidak Konsisten, dipublikasikan pada 11 Oktober 2016 (Media Online)
                                                                 

Sabtu, 03 Mei 2014

Untuk Junaidah di Angka 25 Nanti.

Masa Depan, 27 Februari 2016

Apa kabar hari ini Junaidah?
Masihkah engkau menjadi pejuang seperti yang termaktub dalam namamu? atau seperti sapaan Pak Khairol MAN 3 yang selalu memanggilm "small soldier" dan sesaat tawamu langsung lebar? Ah, kuharap engkau masih berjuang untuk terus menghidupkan cinta dalam patahan-patahan kata, seperti yang engkau tuliskan dulu di catatanmu.

Junaidah...
Saat usiamu dua puluh lima tahun, kuharap target ruhiyah yang telah engkau goreskan pada diarymu tujuh tahun yang lalu telah engkau capai. Engkau telah tuntas menuliskan novel cinta untukmu sendiri, menamatkan bacaan buku-buku bacaan untuk memperkaya hati. Sudahkah? Berapa halaman buku riyadhusshalihin, Tafisr Ibnu Katsir, dan Sirah Nabawiyah yang sudah engkau baca? Sudah tamatkan mereka? Atau mereka masih terpajang di sebuah rak di toko antah berantah dan tidak pernah kau jamah? Apa kabar hafalanmu? bertambahkah? Atau engkau masih tertatih-tatih pada juz amma dan permulaan hadist arbain?

Oya Junaidah.
Kuharap saat saat umur dua puluh lima tahun ini, engkau telah tahu bagaimana cara menata diri. Sebab aku tahu betul saat umur tiga tahun yang lalu, engkau masih seorang gadis yang labil. Sering marah-marah dan sering kehilangan kendali, terutama saat engkau bicara. Malah, engkau pernah menjadi gadis yang langsung menvonis salah orang-orang di sekelilingmu dan setelah itu engkau menyesal setengah mati.

Sekarang, bagaimana kabar pendidikanmu junaidah? Apakah engkau telah menjadi mahasiswa Magister dan akan segera tamat tepat dua tahun seperti yang engkau cita-citakan?  Apakah engkau bisa menjadi inspirasi buat adik-adikmu? Mudah-mudahan saja engkau akan menjadi wanita yang selalu berjuang dan tidak pernah menyerah dalam mewujudkan cita-citamu.

Junaidah,
Apa kabar ummi dan abu-mu? Semoga mereka sehat-sehat saja dan semakin bahagia. Semoga ummimu telah sembuh dari sakitnya dan abumu telah mewujudkan "cita-cita" yang beliau dambakan. Mereka adalah sepasang manusia luar biasa yang telah mengorbankan segalanya untukmu, mulai dari kecil bahkan sampai sekarang. Jasa-jjasa mereka tidak akan bisa kau balas sampai kapanpun. Untuk itu, tetaplah selalu berbuat baik dan mendoakan mereka.

Junaidah, saat engkau berumur 25 tahun ini, kuharap engkau telah menemukan sepotong hati tempat berbagi. Kuharap cintamu telah berlabuh pada yang telah digoreskan ilahi. Dimana engkau hidup saling menjaga dan menasehati. Persis seperti yang engkau kisahkan pada halaman 79 dan 154 halaman diarymu.

Junaidah, apapun yang engkau miliki pada umur dua puluh lima ini. Tetaplah jadi Junaidah Munawarah yang selalu berjuang untuk menjadi lebih baik. Selalu-lah menjadi "tentara bercahaya", seperti yang tersirat dalam namamu. Tetaplah hidup saling berangkulan dan saling membantu dalam keluargamu. Oya, jangan lupa untuk terus memperhatikan si kecil jamara Khalisiana yang mungkin kini telah kelas empat es de. Ajaklah Jamara untuk selalu tertawa riang, dan bantulah pendidikannya. 

Junaidah, sekian dulu surat dariku yang berusia 23 tahun. Semoga Allah selalu mendekapmu dalam ridha dan cinta-Nya kapan saja dan dimana saja kau berada. Amiin.

Wassalam,
darimu,

Junaidah 23 tahun.
my siters and me, where is my brother, Bang Rijal?

jamara and me

Jamara di tengah
Sulaiha dan Zulfina (my sisters)



Selasa, 29 April 2014

SEMESTA MUSEUM ACEH

        Tidak kenal, makanya tidak sayang. Ketika kita telah mengenal jejak sejarahnya, maka kita akan semakin cinta dan ingin terus mempertahankannya dari kepunahan. Inilah museum Aceh dan segala pernak-pernik sejarahnya.
Pagi itu, aku dan kawan-kawan mengisi waktu senggang dengan mengunjungi objek wisata di Banda aceh. Tentu saja, kami memilih tempat yang sesuai dengan isi dompet  kami yang masih berstatus mahasiswa. Dengan suka cita dan rasa ingin tahu yang mengangkasa, kami mengendarai motor menuju pusat kota.
Saat menapaki kaki di halaman museum Aceh, aku seperti sedang membuka sebuah lembaran ensiklopedi sejarah versi nyata. Berbagai benda kuno yang mengandung nilai seni dan sejarah yang panjang tersimpan di sana. Dalam sekejap,  aku seolah terlempar ke lorong waktu yang sangat jauh dari masaku, berbaur dengan orang-orang yang hidup pada zaman yang seusia dengan benda-benda itu. Bayangan Aceh masa lampau terasa begitu nyata ketika langkahku semakin dengan bangunan tersebut. 
Bentuk fisik bangunan museum Aceh adalah sebuah rumah traditional Aceh yang megah. Hampir keseluruhan badan rumah ini terbuat dari kayu keras yang dicat berwarna cokelat tua (merbau). Sejumlah referensi menyebutkan bahwa rumah ini dibangun oleh gubernur Belanda bernama Van Swart pada tahun 1914. Layaknya rumah traditional Aceh pada umumnya, bangunan ini juga menghadap kiblat (Mekkah) dan kaya akan ornamen pada atap dan dinding. Ukiran berbentuk spiral, simetris, tumbuh-tumbuhan, kali-kali, petak-petak, bulan dan bintang pada bagian bingkai jendela dan dinding membuat bangunan ini begitu khas. Namun, berbeda dari rumah Aceh penduduk pada umumnya yang dibangun atas 16, 20 atau 24 tiang, bangunan museum ini justru dibangun lebih besar dimana jumlah keseluruhan tiangnya mencapai 40 tiang yang kokoh. Besar sekali bukan?  
Museum Aceh
Benda pertama yang paling menarik perhatianku adalah sebuah lonceng besar yang dinamai “Cakradonya.” Mungkin karena ukurannya yang sangat besar yang melebihi tinggi orang dewasa dan diameternya lebih dari satu meter, lonceng ini diberi nama seperti ini. Konon, lonceng besar ini merupakan hadiah dari seorang Raja China yang diantar oleh Laksamana Chengho pada tahun 1414. Ini adalah bukti betapa luasnya wilayah persahabatan kerajaaan Aceh pada masa lampau yang mampu menembus batas-batas benua. 
Jika kita lihat lebih dekat, maka kita akan menemukan tulisan China yang terukir pada badan lonceng. Menurut sebuah referensi, tulisan tersebut adalah “Sing Fang Niat Toeng Juutb Kat Tjo.”Aku sendiri tidak tahu apa artinya. Namun, ukiran tuanya yang nampak berkarat membuktikan bahwa lonceng tersebut sangat tua dan benar-benar patut dijaga keberadaan dan bentuknya. 
lonceng cakradonya
Masuk lebih dalam ke area museum, kita akan menjumpai meriam-meriam berukuran sedang yang di tata rapi di bawah Rumoh Aceh. Menurut para penjaga, meriam ini merupakan sisa penjajahan Belanda di Aceh. Selain meriam-meriam tersebut, berbagai peralatan kerja masyarakat Aceh tempo dulu juga banyak disimpan di sini. Misalnya alat pengangkut barang (derek) dari kayu, lumbung padi, dan jeungki (penumbuk padi) yang juga terbuat dari kayu. Tentu saja alat-alat ini sangat jarang kujumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama di daerah Banda Aceh yang hampir semuanya telah terjamah canggihnya teknologi masa kini. Dalam sekejap pikiranku melayang ke masa-masa dimana masyarakat saling bergotong royong mengangkut padi dengan derek kayu dan menumbuk padi bersama menggunakan jeungki yang sangat sederhana. Sungguh berbeda sekali dengan peralatan canggih yang dimiliki masyarakat masa kini dimana semuanya serba canggih dan cepat.


Kamar Pengantin
Puas memanjakan mata di bawah rumah Aceh, kami menaiki tangga dan memasuki bagian dalam museum. Begitu masuk, kami seolah bisa merasakan bagaimana kentalnya percampuran budaya Aceh dengan nilai-nilai Islam zaman dulu. Di Seuramoe keu (serambi depan), beberapa rencong yang terpajang di dinding. Rencong ini merupakan senjata traditional Aceh yang berbuat dari logam. Gagang dan sarungnya secara umum terbuat dari gading, kayu atau tanduk kerbau. Menurut sebuah sumber, bentuk rencong ini diambil dari bahasa Arab “Bismillaahirrahmaanirrahiim.” Rencong Aceh kini sering dijumpai dalam bentuk besi dan kuningan serta dijadikan sourvenir khas dari Aceh
Ketika beranjak ke seuramoe teungoh (serambi tengah), maka kita akan menjumpai kamar pengantin yang dihiasi pernak-pernik bermotif khas Aceh lengkap dengan seperangkat piring-piring antik yang teratur seolah hidangan sedang disajikan di depan kamar. Selanjutnya di seuramoe likot (serambi belakang), kita akan menemukan berbagai peralatan traditional, mulai dari alat penangkap ikan (bubee),tudung penutup kepala dan timba dari pelepah pinang, ayunan dari rotan, tempat tidur yang konon disebut-sebut sebagai tempat tidur bagi wanita yang melahirkan, sampai dapur kayu yang lengkap dengan berbagai peralatannya.
ayunan bayi
Peralatan traditional
berbagai peralatan dapur
 Semua benda-benda tersebut mengajarkanku betapa piawainya masyarakat zaman dulu dalam membangun hidup mereka. Peralatan mereka sangat traditional, namun mereka sama sekali tidak lemah. Bahkan, mereka hidup dalam masyarakat yang kental akan nilai-nilai sejarah dan tata krama. Bagiku, museum Aceh adalah sebuah ensiklopedi nyata tempat generasi muda mengenal kembali Aceh dari masa ke masa. Di sini pula aku tersadar betapa Aceh kaya akan nilai-nilai seni dan budaya yang penuh tatakrama. Mudah-mudahan kita semakin pintar menjaga nilai-nilainya. Semoga saja!

Minggu, 27 April 2014

contoh puisi

Jumat, 25 April 2014

DUA HATI YANG JERNIH


     Mengajar membuatku semakin belajar bahwa kita perlu melihat sisi lain dari sebuah permasalahan. Belajar untuk bersikap adil, tenang dan juga belajar untuk menahan amarah. Biarpun kadang aku gagal!
Namun, belakangan ini beberapa hal membuatku semakin mencintai profesiku sebagai pengajar. Bukan karena aku semakin berani tampil sebagai guru ataupun semakin menguasai materi. Bukan sama sekali. Tetapi karena aku semakin sadar bahwa mengajar itu adalah caraku belajar menata diri. Mengajar adalah caraku belajar mengahadapi masalah di sekelilingku. Juga caraku belajar dari orang-orang sekelilingku, meskipun itu anak-anak kecil yang polos yang sering kujumpai belakangan ini.
Seperti beberapa hari yang lalu, kesabaranku diuji oleh pertengkaran dua bocah kelas lima es de. Sejak aku masuk keduanya tidak bisa diam, loncat kesana kemari. Sebungkus besar kue kriuk-kriuk plus sebotol besar minuman selalu mereka tenteng dalam kelas. Tas besar yang terletak di samping kursi mereka membuatku sadar bahwa keduanya adalah anak super sibuk. Tidak punya waktu untuk pulang ke rumah.  Begitu masuk, aku langsung melongo. “Bagaimana caraku mengajar jika muridnya tidak bisa duduk di tempat? Apakah aku harus mengajar sambil berlarian juga seperti mereka?”kata batinku.
“Miss, may I know your name?”
Tiba-tiba saja salah seorang bocah itu telah berdiri santai di depanku. Tangan kanannya masih asyik mengambil makanan kriuk-kriuk dalam bungkusan di tangan kirinya. Sementara mulutnya penuh oleh makanan. Aku menarik nafas. Sabar! Kusebutkan namaku.Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang duduk.
“Could you sit, dear? It’s impolait eating while standing,” pintaku.
Si anak itu duduk. Sedangkan anak satu lagi masih asyik buka-tutup pintu sambil ngunyah kriuk-kriuk. Kupinta ia duduk, Alhamdulillah mereka menurut. Kutanya nama mereka. Alhamdulillah keduanya sangat aktif. Bukan cuma nama, yang lain pun mereka ceritakan dengan full English. Cukup membuatku terkesan. Kutanya apa yang sudah mereka pelajari minggu kemarin. Keduanya langsung kasak-kusuk buka buku. Aku harap-harap cemas, bagaimana buku bacaan mereka? Dan…
Miss, we want to do homework here… Look! We have to underline repetition words and make some sentences just like the examples!” Kata Yudi. Aku melongo. Mereka mengeluarkan buku bahasa Indonesia.
Teacher ask us to find a text, Miss. ”jelasnya kemudian.
Aku bingung. Bagaimana mungkin mereka menemukan kata-kata ulang jika teksnya belum disiapkan? Akhirnya dengan kemampuan yang kupunya, kucoba membuat sebuah teks yang mengandung banyak kata-kata ulang. Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk itu. Dan…
“Miss, how about me? Can you make it for me one?” tanya Rendi tiba-tiba.
“It’s for both of you,” jelasku. Aku memang tidak perlu membuat teks yang lain karena sudah jelas disebutkan bahwa teksnya boleh sama, yang penting kalimat yang mereka buat nantinya akan beda.
“No, Miss! I want this paper for me.” kata Rendi tegas. Ia menarik punya Yudi. Namun Yudi berhasil mengelak. Rendi hanya bisa menarik angin. Rendi nampak marah, sedangkan Yudi tertawa girang.
”It’s mine! Hueeek!” katanya sambil loncat-loncat dan menjulurkan lidah.
Pertengkaran dimulai! Kejar-kejaran dalam ruangan dimulai. Aku mulai panik. Kukerahkan segenap tenaga untuk menenangkan suasana. Tetapi nihil! Yang satu masih asyik ketawa-ketiwi, yang satu lagi sudah siap meneteskan air mata. 
"It for both of you, kids! You don't need to fight each other for that paper," kataku. kataku menguap begitu saja. 
“Come on kids! We have to do your homework now!” kataku setengah berteriak.
Tidak ada respon. Keduanya malah semakin gaduh berlarian dan berteriak. Aku terduduk karena kecapaian berteriak. Otakku berpikir keras. Bagaimana aku menjadi guru jika mengatasi dua anak hiperaktif ini saja aku tidak bisa. Aku hampir putus asa. But… Ahaaa! I’ve an idea. Aku ikut berlari bersama mereka. Dan gotcha! Rendi berhasil kutangkap. Itu artinya tidak ada lagi yang di kejar ataupun yang mengejar. Yang satu lagi pun berhenti. Aku sedikit lega.
“Kids, it’s impolite to ignore your teacher,” kataku.
“Is it a sin?” tanya Rendi polos.
“Yes! It is a sin.
“But I want that paper!” kata Rendi sambil menunjuk kertas di tanya yudi.
You both may use it. It’s not only for Yudi,” kujelaskan lagi.
Nooo, it’s mine! Hueek!”
Yudi malah kegirangan. Ia semakin suka menggoda Rendi. Sedangkan Rendi mulai mendung. Matanya mulai mengabur dan menjatuhkan titik-titik bening. Aku kebingungan. Yang satu becanda kelewatan, yang satu lagi sensitive luar biasa! Ooh, no! Rendi mulai duduk di sudut dan menjatuhkan kepalanya di atas lipatan tangan di meja. Di sana ia mulai terisak. Yudi terdiam. Ia tersadar bahwa ia salah. Aku duduk diam. Aku ingin melihat apa yang akan mereka lakukan.
“I’m kidding you…”

“No, I don’t care. You always like that! You promised me to not kidding me again. You break it!
Aku tetap diam. Yudi mendekat.
            “I’m sorry… It’s for you.” Yudi menyerahkan kertas di tangannya untuk Rendi.
            “ I will not forgive you, just leave me!”
            Aku seperti sedang menonton drama saja. But, it’s really real! Aku sadar, jika kudiamkan lebih lama lagi, kekacauan ini akan bertambah. Mereka harus belajar.
         “Kids, let’s me explain you something! Yudi and Rendi, please listen. You are friends. You have to care each other. You can’t reverence each other. Do you remember our prophet? He had been hurted by Quraisy for many years, more than twenty years, but he forgave them.”

                “Is it a sin, Miss?”

                “What?”

                “Having grudge?” Rendi tiba-tiba berhenti menangis.
                Yes!”Jawabku mantap.
                Kulihat keduanya hanya menatap satu sama lain. Yudi mendekati Rendi dan memberikan kertas yang tadi di tangannya.
                “It’s for you. I will search another one,” kata Yudi. Aku bisa melihat rasa ikhlas dari wajah tembemnya.
                “No, we can do it together.”

                “I will do it if you forgive me first.”

                “Yes, I’ll forgive you. I’m afraid of sin. Promise me you will not kid me again.”

                “Yes, I’ll, I’m afraid of sin, too”
            Aku menarik nafas lega. Ah, betapa mudahnya mereka menghilangkan dendam di hati mereka. Dalam semenit mereka bertengkar sampai menangis, hanya butuh butuh beberapa menit saja mereka untuk berbaikan. Mereka betul-betul takut dosa karena mendendam dan mengingkari janji. Ah, Yudi dan Rendi, kalian adalah pemilik dua hati yang jernih. Bagaimana denganku? Dalam sekejap, aku malu dan merasa naïf. Thanks a lot kids, you inspired me…
(foto: Google)




Senin, 21 April 2014

SELAMAT TINGGAL SERIBU SATU BAYANGAN

Lima tahun berada di Banda Aceh, aku telah melewati berbrbagai fase asam-asam manis. Dimulai dari jadi anak kos-kosan yang hanya mengenal kuliah-pustaka-kampus doang, ikut organisasi kampus untuk coba-coba, sampai menggeluti berbagai kegiatan organisasi di kampus dan di luar kampus yang kadang cukup memeras tenaga dan pikiran. Aku melewatinya tanpa menyadari adanya perubahan yang terjadi perlahan demi perlahan pada cara berpikirku. Aku tidak pernah tahu itu sebelumnya.

Setapak demi setapak langkah yang kuambil di sini sedikit banyak terrpengaruh dari orang-orang di sekelilingku. Ketika aku melihat orang yang sukses di bidang akademis, aku akan belajar mati-matian ingin menjadi orang tersebut. Di kemudian hari, saat aku menemukan orang yang sukses dalam dunia karir, aku kembali mencoba mengikuti jejaknya. Dan di kemudian hari, saat aku menemukan orang yang sukses di bidang kepenulisan, aku juga ingin sekali menjadi seperti mereka. Alhasil, langkah-langkahku terasa dibayang-bayangi oleh orang lain. Tidak jarang, aku mengikuti gaya dan cara mereka. Sering pula, aku mencoba melirik kegiatan-kegiatan yang sering mereka lakukan. Namun, aku kembali gagal.

Kini aku terpuruk, seolah-olah bayangan di cermin bukan lagi diriku sendiri, tetapi seribu satu bayangan orang lain yang pernah membuatku terinspirasi. Aku seperti kehilangan tujuan dan cita-cita yang pernah kutulis dalam sebuah catatan pribadi. Aku seakan lupa bahwa aku harus mandiri dan menginspirasi diriku sendiri.Dan kini aku tersadar ketika seribu satu inspiratorku membentuk lingkaran semu di sekitarku. Mereka menyodorkanku berbagai cara untuk mengikuti mereka. Telunjukku yang hanya dua, tidak mampu menunjuk mereka semua sekalian, melainkan menunjuk mereka satu persatu. Aku terhenyak dan tersadar, aku tidak bisa menggapai semua yang kuinginkan sekalian, tapi aku harus mewujudkannya satu persatu dengan usahaku.

Dalam dua hari ini, aku duduk merenung dan melakukan muhasabah terhadap cita-citaku yang sebenarnya. Aku kembali menelusuri lorong-lorong waktu yang lama tidak terjamah. Membangun puing-puing cita yang sempat terserak. Aku sadar bahwa aku tidak boleh menjadi orang lain. Terinspirasi boleh saja, namun cita-citaku  tetap tujuanku semata. Aku punya caraku sendiri untuk mewujudkannya. Mulai sekarang, waktu adalah milikku yang harus kujaga. Peluang adalah kesempatanku yang tidak boleh terlewat. Aku tidak  mau lagi 1001 bayangan mereka muncul di cerminku, sebab aku akan menggantinya dengan bayanganku sendiri. Selamat tinggal seribu satu bayangan... :)

waktu dan kesempatan tidak bisa kubeli
 

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Junaidah Munawarah alumnus IAIN Ar-Raniry Aceh, Anggota Forum Lingkar Pena (FLP)Aceh dan penikmat tulisan apa saja.

ASUS VivoBook S510, Laptop Kece Ngga Bikin Kere

Siapa yang tidak pernah tahu nama ASUS? Ya, ASUS adalah nama produsen laptop, notebook, tablet, maupun dekstop PC, yang produknya sudah dipa...

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Blogger FLP

BTemplates.com

Blogroll