About

Senin, 21 April 2014

SELAMAT TINGGAL SERIBU SATU BAYANGAN

Lima tahun berada di Banda Aceh, aku telah melewati berbrbagai fase asam-asam manis. Dimulai dari jadi anak kos-kosan yang hanya mengenal kuliah-pustaka-kampus doang, ikut organisasi kampus untuk coba-coba, sampai menggeluti berbagai kegiatan organisasi di kampus dan di luar kampus yang kadang cukup memeras tenaga dan pikiran. Aku melewatinya tanpa menyadari adanya perubahan yang terjadi perlahan demi perlahan pada cara berpikirku. Aku tidak pernah tahu itu sebelumnya.

Setapak demi setapak langkah yang kuambil di sini sedikit banyak terrpengaruh dari orang-orang di sekelilingku. Ketika aku melihat orang yang sukses di bidang akademis, aku akan belajar mati-matian ingin menjadi orang tersebut. Di kemudian hari, saat aku menemukan orang yang sukses dalam dunia karir, aku kembali mencoba mengikuti jejaknya. Dan di kemudian hari, saat aku menemukan orang yang sukses di bidang kepenulisan, aku juga ingin sekali menjadi seperti mereka. Alhasil, langkah-langkahku terasa dibayang-bayangi oleh orang lain. Tidak jarang, aku mengikuti gaya dan cara mereka. Sering pula, aku mencoba melirik kegiatan-kegiatan yang sering mereka lakukan. Namun, aku kembali gagal.

Kini aku terpuruk, seolah-olah bayangan di cermin bukan lagi diriku sendiri, tetapi seribu satu bayangan orang lain yang pernah membuatku terinspirasi. Aku seperti kehilangan tujuan dan cita-cita yang pernah kutulis dalam sebuah catatan pribadi. Aku seakan lupa bahwa aku harus mandiri dan menginspirasi diriku sendiri.Dan kini aku tersadar ketika seribu satu inspiratorku membentuk lingkaran semu di sekitarku. Mereka menyodorkanku berbagai cara untuk mengikuti mereka. Telunjukku yang hanya dua, tidak mampu menunjuk mereka semua sekalian, melainkan menunjuk mereka satu persatu. Aku terhenyak dan tersadar, aku tidak bisa menggapai semua yang kuinginkan sekalian, tapi aku harus mewujudkannya satu persatu dengan usahaku.

Dalam dua hari ini, aku duduk merenung dan melakukan muhasabah terhadap cita-citaku yang sebenarnya. Aku kembali menelusuri lorong-lorong waktu yang lama tidak terjamah. Membangun puing-puing cita yang sempat terserak. Aku sadar bahwa aku tidak boleh menjadi orang lain. Terinspirasi boleh saja, namun cita-citaku  tetap tujuanku semata. Aku punya caraku sendiri untuk mewujudkannya. Mulai sekarang, waktu adalah milikku yang harus kujaga. Peluang adalah kesempatanku yang tidak boleh terlewat. Aku tidak  mau lagi 1001 bayangan mereka muncul di cerminku, sebab aku akan menggantinya dengan bayanganku sendiri. Selamat tinggal seribu satu bayangan... :)

waktu dan kesempatan tidak bisa kubeli
 

4 komentar:

  1. #kode untuk membuat siasat dan langkah baru bang ferhat... :)

    BalasHapus
  2. Berasa ditohok membaca tulisanmu, kwan. :)
    Jd diri sndiri, smuanya akan baik-baik saja. ^^

    BalasHapus
  3. Apa yang antum rasakan itu dialami oleh sebagian besar oran di dunia. kita jealous melihat orang sukses, meskipun demikian kita perlu mengenal potensi diri, kemana arah nak dituju...

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Junaidah Munawarah alumnus IAIN Ar-Raniry Aceh, Anggota Forum Lingkar Pena (FLP)Aceh dan penikmat tulisan apa saja.

Pengikut

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Blogger FLP

BTemplates.com

Blogroll